Pemilu
Presiden 2014 adalah Demokrasi Palsu yang mengilusi Mahasiswa dan
Rakyat. Intensifkan perjuangan massa untuk mengkampanyekan persoalan dan
tuntutan mahasiswa serta rakyat Indonesia
Pengantar
Pemilu disebut-sebut sebagai salah-satu istrumen dalam kehidupan Demokrasi. Di Indonesia, Pemilu berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pemilihan umum mencakup pemilihan legislatif (UU NO.8 Tahun 2012) dan eksekutif (UU NO.42 Tahun 2008). Tujuan dari pemilu di Indonesia masih berkedok dari pemikiran tokoh AS Abraham Lincoln tentang demokrasi yang di anggap paling populer diantara pengertian yang ada yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people). Pemikiran demikian adalah teori yang selalu menjadi tameng dalam menjalankan pemilu khususnya pemilihan presiden di negara-negara dunia khususnya negara berkembang (setengah jajahan setengah feodal) untuk mendapatkan legitimasi menjadi kepala negara/kepala pemerintah yang siap melayani para kapitalis monopoli internasional, borjuasi besar komprador, tuan tanah besar dan kapitalis birokrat.
Sejak
kejatuhan Soeharto, Indonesia menjadi target proyek dan kampanye
demokrasi palsu ala AS. Lebih dari itu, Indonesia menjadi contoh proyek
AS yang sama bagi negeri-negeri pasca rejim otokratik, seperti di Irak,
Libya, Tunisia, Mesir, Palestina, dan lain-lain. Sejak pemilu 1999,
imperialis AS memberikan bantuan kepada Indonesia dalam kerangka reformasi sistem politik dan Pemilu dengan nama proyek: Support and Strengthen Democratic Initiatives an Electoral Processes In Indonesia (SSDIEPI) atau Bantuan dan Penguatan Inisiatif Proses Demokrasi Pemilu di Indonesia. Bantuan ini berbentuk bantuan teknis (technical assistance) dan bersifat hibah. Seperti ; (1) mendesain ulang sistem pemilu dengan cara dan mengikuti demokrasi di negara Imperialisme AS;
(2) memperbaiki administrasi pemilu. Imperialis AS menyumbangkan
peralatan yang akan digunakan pada pemilu seperti kotak pemungutan
suara, kertas suara hingga komputer; (3) memberikan bantuan penguatan
pendidikan pemilih (voter education) ; (4) memberikan bantuan
untuk pengawasan pemilu (5) bantuan diberikan untuk mediasi atau
arbitrase partai politik pasca pemilu. Skema Imperialisme pula mendorong lahirnya keppres No.16 Tahun 1999 tentang pembentukan KPU. Kemudian
dari masa ke masa, sistem pemilu di Indonesia pun terus mengalami
perubahan yang secara esensi hanyalah sistem yang demokrasi palsu yang
sifatnya untuk melanggengkan pembodohan dan pembohongan di tengah-tengah
rakyat Indonesia.
Selain itu, Imperialis AS juga melaluiUnited Nations Development Programme yang berfungsi[1]untuk
memberikan bantuan-bantuan kepada negara-negara untuk mengembangkan
demokrasi ala AS. beberapa proyeknya tentang demokrasi palsu ala
Imperialisme AS adalah meningkatkan kualitas KPU dan KPUD, reformasi
lembaga DPR/DPD serta menyukseskan pemilu-pemilukada. Kemudian
kedatangan Menteri Luar Negeri AS John Kerry di pertengahan Febuari 2014
lalu merupakan dukungan langsung atas pengembangan demokrasi dan Pemilu
[2]yang
diselenggarakan April lalu dan 9 Juli nanti untuk memastikan
berjalannya demokrasi Imperialisme AS di Indonesia melalui rejim boneka
SBY.
Tak
cukup itu, rakyat pun dihantui bayangan fasis dari pemerintah bila
memiliki tangapan lain di luar Pemilu. Ternyata, hak pilih sebagai hak
telah berubah menjadi kewajiban untuk memilih, tanpa memaknai memilih tidak memilih
merupakan hak juga. Pemerintah cemas kehabisan legitimasi bila
tingginya angka golput sebagaimana dalam pemilukada-pemilukada bahkan
dalam pileg yang sudah berlangsung. Pemerintah menggunakan pasal 292 dan 293, termasuk pasal 308 UU No.8 tahun 2012 tentang Pemilu. Dalam Pasal 308menjelaskan;
“ Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan dan/ atau menghalangi seseorangakan melakukan haknya untuk memilih, melakukan kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban dan ketentraman pelaksanaan pemungutan suara, atau menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp 24.000.000 (dua puluh empat juta rupiah)”.
Jadi, semakin jelas sesungguhnya
demokrasi yang dibungkus dalam pemilu 2014 di Indonesia adalah
demokrasi palsu miliknya Imperialisme AS, bukan demokrasi milik rakyat.
Sebab, pemilu 2014 dijadikan sebagai alat prosedural yang dipaksakan
dalam mengembangkan demokrasi palsu, menyebar ilusi di tengah-tengah
penghidupan rakyat yang semakin merosot akibat pelimpahan beban krisis
AS di negeri setengah jajahan Indonesia yang terus merampas hak-hak
demokratis rakyat.
Pemilu Presiden 2014 adalah Ilusi tentang perubahan yang hakekatnya adalah Pembodohan
Capres
dan Cawapres sudah resmi ditetapkan menjadi peserta pemilu presiden
oleh KPU sebagai penyelenggara. Pasangan No.1 yakni Prabowo dan Hatta
Rajasa. Sedangkan Pasangan No.2 adalah Joko Widoo (Jokowi) dan Jusuf
kalla. Calon-calon ini adalah barang lama yang diperbaruhi dan
disegarkan menjadi Capres dan Cawapres yang seolah-olah memberi harapan
perubahan bagi penderitaan rakyat.
Prabowo merupakan seorang borjuasi besar komprador, politisi, dan mantan perwira TNI Angkatan Darat. Kemudian Prabowo
harus menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tahun 1998 karena
terlibat dalam penculikan aktivis gerakan reformasi 1998 saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus dengan kategori pelanggar HAM berat[3]. Prabowo
mempunyai catatan buruk atas pelanggaran HAM yang terjadi pada masa
orde baru. Namun ia selalu berdalih bahwa dia bukan dipecat, namun
pensiun. Layaknya seorang kabir yang mengelak akan kesalahannya, apalagi
masa itu dia mempunyai posisi yang baik yaitu sebagai menantu Rejim
otokrasi Soeharto.
Setelah itu dia dipecat dari Militer, dia mengikuti jejak adiknya seorang borjuasi besar komperador pula, Hashim Djojohadikusumo. Ia
memulai karirnya dengan membeli aset PT. Kiani kertas (Kertas
Nusantara). Selain itu Prabowo juga mempunyai Perusahan Nusantara Group
yang menguasai 27 Perusahan di dalam dan di luar negeri[4].
Prabowo juga memiliki hubungan erat dengan komunitas bisnis korporasi
Internasional yang didapatkan sejak berhubungan erat dengan raja
Abdullahb dari Yordania.
Paradigma
berkembang bahwa Prabowo sebagai calon pemimpin yang anti
neoliberalisme dan mengembangkan ekonomi kerangkayatan adalah ilusi
dengan bahasa sampah pada saat pemilu. Lihat visi dan misinya, ia secara
terang-terangan menjelaskan pengembangan industri Indonesia dengan
mendasarkan kepada investasi. Selain itu, ia berkomitmen menjalankan KEK
dan MP3EI dengan meningkatkan investasi Imperialisme sampai US$ 3
Miliar. Dalam konsep reforma agraria, Prabowo menghebuskan tipu
muslihatnya dengan kedok Ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang akan
dikembangan senada dengan megaproyek Imperialisme AS untuk melakukan
monopoli atas tanah. Tentu reforma agraria versi prabowo adalah ilusi
yang sesat. Bahkan melalui adiknya Prabowo, seorang borjuasi besar
komperador pula, Hashim Djojohadikusumo memaparkan visi misi Partai
Gerindra dan Capres Prabowo di acara USINDO open fourm Luncheon. Hashim
mengatakan bahwa Prabowo adalah lulusan dari AS yang tentu akan mengabdi
kepada AS. Selain itu ia mengatakan bahwa rumah tangga di Indonesia
akan membayar pajak. Kemudian yang perlu dicatat, Hashim mengatakan
pajak penghasilan individu maupun korporat tidak akan dinaikkan sehigga
perusahaan Amerika Serikat seperti PT. Freeport tidak usah kuatir
mendukung Prabowo[5]. Sebagaimana Calon Rejim boneka, Jokowi juga tentu akan melakukan hal yang sama untuk menyenangkan tuannya, imperialism AS.
Sementara Pasangan Cawapres dari Prabowo yaitu Hatta Rajasaadalah
seorang kapitalis birokrat yang sudah menjadi menteri dalam pemerintah
boneka dari pasca reformasi semenjak tahun 2001-2014. Terakhir ia
menjadi Menteri Kordinator Bidang Perekonomian di pemerintahan jilid dua
SBY 2009-2014. Salah-satu kebijakan yang sangat anti rakyat diambil
oleh Hatta Rajasa adalah Penetapan dan pengesahan Master Plan Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi (MP3EI) Tahun 2010. Selain itu Hatta Rajasa juga tercatat sebagai borjuasi besar komprador yang mempunyai perusahaan PT Arthindo Utama yang
bergerak di bidang agrobisnis dan perminyakan. PT. Arthindo Utama ini
langsung terhubung dengan perusahaan milik Imperialisme AS yaitu, PT.
Cevron Pacific Indonesia. Sementara itu anak perusahaan milik Hatta
rajasa ini merambah di bidang isdustri batubara adalah PT Arthasia Cipta
Pratama dan PT Artha Daya Coalindo[6].
Sementara pada pasangan kedua Jokowi dan Jusuf Kalla siapa mereka ? apakah Capres dan Cawapres yang benar-benar merakyat ? Jokowi adalah seorang pengusaha mebel pendiri PT Rakabu
berasal dari Surakarta Solo yang mampu mengeskport sampai ke amerika,
eropa dan timur tengah dengan omset miliar rupiah per tahun[7]. Kemudian Jokowi menjadi Walikota Surakarta (2005-2012) dan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta 2012[8].
Tapi belum sampai 2 tahun menjabat Gubernur Jakarta, ia telah menjadi
capres pada Pilpres 2014 ini. Selain menjadi pengusaha, Jokowi
sesungguhnya telah disiapkan oleh klik-klik yang berkuasa. Jokowi yang disebut sebagai pemimpin yang merakyat adalah ilusi pemimpin di negeri berkembang yang masih dikendalikan negara maju (imperialis AS). Sikap itu ditunjukan melalui sowan (doa restu) ke Duta Besar AS Robert Blake pada 15 April (pasca pemilu 9 April) di kediaman pengusaha Indonesia Jacob Soetojo.
Jokowi
dengan gaya blusukan tentu tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian
dari pencitraan yang diciptakan oleh timnya yang terhubung dengan
borjuasi besar monopoli (pengusaha besar) AS. James Riady, borjuasi
besar komprador pemilik Lippo Grup dan First Media Grup[9],
Jokowi juga terhubung dengan Stan Greenberg sebagai konsultan politik
terkenal yang berhasil memenangkan belasan kepala pemerintahan, senator,
gubernur, dan konsultan di AS dan terhubung dengan perusahaan
multinasional, diantaranya: British Petroleum dan Mosanto. Stan memiliki
hubungan erat dengan mantan Presiden AS Bill Clinton dalam organisasi
non formal yakni Arkansas Connection (Arkansas merupakan negara
bagian asal Clinton menjadi jaksa agung dan gubernur) yang merupakan
kelompok elit yang sangat berkuasa di Partai Demokrat AS serta sangat
mempengaruhi pemerintahan AS Barrack Obama. Stan disiapkan oleh James
Riady untuk karena ia mempunyai kepentingan untuk menguasai sumber daya
alam di Indonesia dan penghubung bagi Imperialis AS. Sedangkan borjuasi
besar komprador lainnya yang mendukung Jokowi adalah Anthoni Salim anak
dari Sundono Salim (Liem Sioe Liong) yang mempunyai Grup Salim dengan beberapa perusahaan besarnya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Lalu, ada Chaerul Tanjung yang mendukung Jokowi. Chaerul Tanjung adalah Borjuasi besar komprador yang mempunyai perusahaan CT
Croup yang membawahi sekitar 50 perusahaan bergerak di bidang finasial,
media, asuransi, bank, hiburan, property, dan lain-lain[10].
Bahkan Chaerul Tanjung ini pernah dinobatkan masuk menjadi salah satu
orang terkaya di dunia versi majalah forbes. Kemudian semakin terang
datangnya dukungan dari Sofyan Wanandi yang merupakan perpanjang-tangan dari borjuasi besar komprador (ketua Apindo). Dan ia pun didukung
oleh (Purn) Jenderal Luhut panjaitan yang mempunyai kepentingan untuk
mengembangan usaha pertambangan batu baranya. Sedangkan Calon wakil
presiden dari Jokowi adalah Jusuf Kalla
yang merupakan borjuasi besar komprador yang memiliki sejumlah
perusahan. Sesungguhnya kita juga bisa paham bahwa Jusuf kalla adalah
musuh rakyat Indonesia yang pernah
menjabat menjadi Wapres pada jilid I rejim SBY 2004-2009. Jusuf kalla
memimpin Kalla Group yang menaungi bisnis otomotif, konstruksi, energi,
keuangan, properti, trasportasi dan bisnis sekolah. Kalla Group
mempunyai ± 15 anak perusahaan. Sedangkan bisnis otomotif Jusuf kalla langsung terhubung dengan imperialis jepang yakni Toyota.
Dengan adanya Pemilu 2014, Pendidikan Indonesia tetap terbelakang !
Tahun
2014 disebut-sebut sebagai tahun politik karena berlangsungnya
perhelatan pemilu 2014. Kita telah memilih legislatif dan pada 9 Juli
Mendatang akan diikuti pemilihan Presiden. Menjadi pertanyaan bagi kita,
bagaimana Arah Pendidikan Pasca Pemilu 2014 ? Apakah pendidikan
di Indonesia akan mengarah pada kemajuan atau pendidikan akan tetap
bobrok, mahal dan jauh untuk menyelesaikan persoalan rakyat. Sementara
keadaan pemerintah yang semakin merosot ke dalam jurang Korupsi,
kebijakan yang tidak populis, penegakan hukum yang diskriminatif,
pelayanan birokrasi yang buruk, partisipasi masyarakat yang rendah,
menjadi cerminan pemerintahan saat ini.
Bila
menilai calon-calon Presiden yang akan menjadi Kepala negara/Kepala
pemerintah, ternyata tak ada satu pun yang mempunyai proram-program yang
membicarakan pendidikan secara serius. Sehingga kita memandang bahwa
kebijakan atas pendidikan pasca pemilu 2014 dengan pemerintah baru,
tidak akan mengubah wajah pendidikan Indonesia yang mahal, tidak ilmiah,
tidak demokratis dan tidak mengabdi kepada rakyat. Pendidikan akan
tetap menjadi alat legitimasi kebudayaan untuk melegitimasi kebijakan
rejim anti rakyat yang mengarahkan pendidikan sebagai mesin kebudayaan
imperialisme, feodalisme, kabir untuk tetap mempertahankan
keterbelakangan rakyat Indonesia. Jokowi mempumyai program dalam dunia
pendidikan dengan mengembangkan konsep revolusi mental[11].
Revolusi mental disebut mengembangkan pendidikan berakarakter
kebangsaan yang meliputi sepuluh program yang menjelaskan membangun
nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dalam dunia pendidikan. Akan
tetapi dari 10 program prioritas dalam pendidikan, semuanya adalah
barang lama dari sistem pendidikan nasional yang telah ada dan usang.
Jokowi tidak menjelaskan bagaimana kurikulum yang baik bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia. selain itu, Jokowi tidak mempunyai program
untuk mengembalikan tanggung jawab negara yang penuh atas pendidikan.
Sehingga dapat dipastikan Jokowi pun akan tetap mempertahankan
liberalisasi, komersialisasi dan privatisasi di dunia pendidikan.
Senada
juga dengan program Prabowo dalam pendidikan yang dinamai meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui reformasi pendidikan[12]. Ia
menjalankan pendidikan dengan penguatan karakter bangsa. Selain itu,
melakukan perubahan kurikulum pendidikan dengan mengembangkan kebudayaan
Indonesia yang berprinsip pancasila dan UUD 1945. Tentu semua program
prabowo tidak ada yang baru. Ia hanya menyegarkan program-program
pendidikan yang lama, yang terbukti pendidikan hanya berorientasi
pendidikan yang mengabdi kepada imperialism, borjuasi besar komprador,
tuan tanah besar dan kapitalisme birokrat. Jadi semakin
jelas, bahwa diantara dua pasangan Calon Presiden tidak mempunyai
program pendidikan yang kongkrit dalam menyelesaikan persoalan
pendidikan di Indonesia. Di sisi lain, pendidikan Indonesia semakin hari
semakin jatuh dalam jurang liberalisasi, komersialisasi dan privatisasi
Apa sikap FMN atas Pemilu Presiden 2014 yang menyebar demokrasi palsu dan ilusi perubahan ?
Oleh
karena itu, semakin terang bahwa pertarungan dari Pemilu Presiden 2014
hanya pertarungan untuk mendapatkan legitimasi dari rakyat untuk
menggantikan rejim boneka, rejim bobrok dari SBY. Oleh karena itu FMN menyatakan sikap atas Pemilu Presiden 2014 dengan tegas sebagai berikut;
1.
Mengintensifkan kerja Massa, mengalahkan hingar bingar Pilpres 2014
dengan mengkampanyekan persoalan dan tuntutan pemuda mahasiswa dan
rakyat Indonesia
2.
Bongkar demokrasi palsu Pilpres 2014 yang merupakan kepentingan
imperialis AS dengan menyatukan seluruh anggota dan massa mahasiswa
dengan kampanye persoalan-persoalan dan tuntuan mahasiswa serta rakyat
Indonesia
3.
Tidak ambil bagian dalam kampanye busuk Pemilu Presiden 2014 sebagai
bentuk melikuidasi pikiran-pikiran borjuasi yang terus menyebar ilusi
perubahan bagi rakyat
Demikian
pernyataan sikap ini disusun, kiranya seluruh elemen organisasi yang
ada di setiap tingkatan organisasi dapat menjalankan dengan semangat
juang tinggi untuk melawan hegemoni demokrasi palsu dengan instrumen
Pemilu Presiden 2014. Sebab, Perubahan sejati hanya ada di tangan
rakyat.
24 Juni 2014
Hormat Kami,
PIMPINAN PUSAT
FRONT MAHASISWA NASIONAL
Rachmad P Panjaitan
Ketua
[2]http://www.rri.co.id/post/berita/1498/teknologi/menlu_as_john_kerry_kunjungi_indonesia_awal_pekan_depan.html Diakses pada tanggal 11 Juni 2014, pukul 20.22 WIB
[3] http://www.jpnn.com/read/2014/05/30/237441/Publik-Perlu-Tahu-Penyebab-Prabowo-Dipecat-, Diakses pada tanggal 11 Juni 2014, pukul 22.03 WIB
[4] http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/55712-prabowo_kelola_belasan_perusahaan, Diakses pada tanggal 11 Juni 2014, pukul 22.20 WIB
[5] http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/06/05/249554/pidato-di-as-adik-prabowo-gerindra-akan-kumpulkan-pajak-rakyat-indonesia, Diakses pada tanggal 11 Juni 2014, pukul 23.26 WIB
[6] http://arthindo.co.id/arthasia-cipta-pratama.html, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 08.45 WIB
[7] http://www.tempo.co/read/news/2014/03/23/092564617/Kata-Pengusaha-Mebel-Soal-Jokowi, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 09.00 WIB
[9] http://infoindonesiakita.com/2014/04/05/jokowi-dan-james-riady/, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 09.43 WIB
[11] http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf, Diakses pada tanggal 12 juni 2014, pukul 13.09 WIB
[12] http://www.kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_prabowo-Hatta.pdf, Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 13.20 WIB